HTML

Iklan

Fase-fase Self Regulated Learning

Fase-fase Self Regulated Learning
Fase-fase self regulated learning terdiri dari beberapa fase. Berdasarkan perspektif sosial-kognitif yang dikemukakan Zimmerman yang dikutip oleh Pajares dan Urdan, 2006 (dalam Pratiwi, 2009), bahwa proses self-regulation digambarkan sebagai pemikiran, perasaan, dan tindakan yang muncul dari dalam diri seseorang, yang terencana dan selalu berubah perputarannya berdasarkan performa umpan balik yang berpengaruh pada pencapaian tujuan yang ditargetkan diri sendiri.
Perputaran self regulation mencakup tiga fase umum: fase perencanaan, pelaksanaan, dan proses evaluasi. Ketiga fase tersebut prosesnya sama dengan self regulated learning. Fase perencanaan akan mempengaruhi performa seseorang dalam proses fase kontrol performa atau fase pelaksanaan, yang secara bergantian akan mempengaruhi fase reaksi diri. Perputaran self-regulationdikatakan sempurna apabila proses refleksi diri mampu mempengaruhi proses perencanaan selama seseorang berusaha memperoleh pengetahuan berikutnya.
Fase perencanaan (Forethought)
Terdapat dua kategori yang saling berkaitan erat dalam fase perencanaan:
  1. Analisis tugas (Task Analysis). Analisis tugas meliputi penentuan tujuan dan perencanaan strategi. Tujuan dapat diartikan sebagai penetapan atau penentuan hasil belajar yang ingin dicapai oleh seorang individu, misalnya memecahkan persoalan matematika selama proses belajar berlangsung. Sistem tujuan dari individu yang mampu melakukan self regulation tersusun secara bertahap. Proses tersebut dilakukan sebagai regulator untuk mencapai tujuan yang sama dengan hasil yang pernah dicapai. Bentuk kedua dari analisis tugas adalah perencanaan strategi. Strategi tersebut merupakan suatu proses dan tindakan seseorang yang bertujuan dan diarahkan untuk memperoleh dan menunjukkan suatu keterampilan yang dapat digunakannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Strategi yang dipilih secara tepat dapat meningkatkan prestasi dengan mengembangkan kognitif, mengontrol afeksi dan mengarahkan kegiatan motorik. Perencanaan dan pemilihan strategi membutuhkan penyesuaian yang terus menerus karena adanya perubahan-perubahan baik dalam diri individu sendiri ataupun dari kondisi lingkungan.
  2. Keyakinan motivasi diri (Self motivation beliefs). Analisis tugas dan perencanaan strategi menjadi dasar bagi self motivation beliefs yang meliputi self efficacy, outcome expectation, minat intristik atau penilaian (valuing), dan orientasi tujuan. Self efficacy merujuk pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk memiliki performa yang optimal untuk mencapai tujuannya, sementara outcomes expectation merujuk pada harapan individu tentang pencapaian suatu hasil dari upaya yang telah dilakukannya. Sebagai contoh, self efficacy yang mempengaruhi penetapan tujuan adalah sebagai berikut: semakin mampu individu meyakini kemampuannya sendiri, maka akan semakin tinggi tujuan yang mereka tetapkan dan semakin mantap individu akan bertahan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Fase performa (Performance / Volitional control)
  1. Kontrol diri (Self control). Proses self control seperti instruksi diri (self instruction), perbandingan (imagery), pemfokusan perhatian, dan strategi tugas, membantu individu berkonsentrasi pada tugas yang dihadapi dan mengoptimalkan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  2. Observasi diri (Self observation). Proses self observation mengacu pada penelusuran individu terhadap aspek-aspek spesifik dari performa yang ditampilkan, kondisi sekelilingnya, dan akibat yang dihasilkannya. Penetapan tujuan yang dilakukan pada fase perencanaan mempermudah self observation, karena tujuannya terfokus pada proses yang  pesifik dan terhadap kejadian di sekelilingnya.
Fase refleksi diri (Self reflection)
  1. Penilaian diri (Self judgement). Self judgement meliputi evaluasi diri (self evaluation) terhadap performa yang ditampilkan individu dalam upaya mencapai tujuan dan menjelaskan penyebab yang signifikan terhadap hasil yang dicapainya. Self evaluation mengarah pada upaya untuk membandingkan informasi yang diperolehnya melalui monitoringdiri dengan standar atau tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan.
  2. Reaksi diri (Self reaction). Proses yang kedua yang terjadi pada fase ini adalah self reaction yang terus menerus akan mempengaruhi fase perencanaan dan seringkali berdampak pada performa yang ditampilkan di masa mendatang terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Fase yang terjadi pada self regulated learning sama prosesnya dengan perputaran self regulation. Fase tersebut terdiri dari fase perencanaan, fase performa dan fase refleksi diri yang ketiganya membentuk siklus yang saling terkait. Jika salah satu fase terganggu, maka fase lainnya ikut terganggu dan tidak dapat berproses secara lancer.
Share This :