HTML

Iklan

POTENSI JUS JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) SEBAGAI BAHAN PENGKELAT DALAM PROSES PEMURNIAN MINYAK NILAM (PATCHOULI OIL) DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI

POTENSI JUS JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) SEBAGAI BAHAN PENGKELAT DALAM PROSES PEMURNIAN MINYAK NILAM (PATCHOULI OIL) DENGAN METODE KOMPLEKSOMETRI
ABSTRAK: Minyak  nilam  merupakan  salah  satu  komoditi  ekspor  yang  memiliki  nilai  jual  tinggi  bagi  Indonesia.  Pada  umumnya  minyak  nilam diperoleh  dari  proses  penyulingan  dengan  uap  air  panas.  Sebagian  besar  industri  penyuling  minyak  nilam  masih  menggunakan  alat  penyuling yang  terbuat  dari  logam  besi.  Mengingat  proses  ini  berlangsung  pada  suhu  tinggi,  uap  air  yang  mengandung  sejumlah  oksigen  terlarut  akan bersifat korosif dan menyebabkan besi mudah berkarat. Karat besi akan larut di dalam minyak nilam yang diperoleh dan menyebabkan minyak yang  dihasilkan  berwarna  gelap  dan  aroma  khas  nilam  menjadi  berkurang.  Keadaan  ini  menyebabkan  turunnya  harga  jual  minyak  nilam dipasaran.  Salah  satu  metode  yang  dapat  dipakai  untuk  memurnikan  adalah  kompleksometri  dengan  senyawa  pengkelat  asam  sitrat.  Hal  ini terdengar asing bagi para petani, oleh karena itu penelitian ini berusaha menyederhanakan proses ini dengan mencari bahan yang mudah dijumpai oleh  masyarakat  awam.  Jeruk  nipis  memiliki  kandungan  asam  sitrat  yang  cukup  untuk  digunakan  sebagai  senyawa  pengkelat,  selain  itu  jeruk nipis merupakan buah yang mudah diperoleh di masyarakat pada umumnya dan harganya pun relatif murah. Oleh karena itu jus jeruk nipis dipilih sebagai  bahan  pengkelat  alternatif.  Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  mengetahui  pengaruh  suhu  operasi,  konsentrasi  zat  pengkelat  dan  waktu pengadukan  terhadap  proses  pengkelatan  dan  menyelidiki  sejauh  mana  jus  jeruk  nipis  dapat  dimanfaatkan  sebagai  bahan pengkelat.  Perlakuan yang diuji terdiri atas (1) konsentrasi asam sitrat, yaitu 0,5%; 1%; 2%; dan 4%; (2) suhu operasi pemurnian. Yaitu 30oC, 50oC, dan 75oC; (3) lama waktu  pengadukan,  yaitu  15,  30,  45,  60,  75,  dan  90  menit.  Penilaian  hasil  pemurnian  didasarkan  pada  kejernihan,  kadar  Fe,  dan  kandungan komponen utama dalam minyak nilam hasil pemurnian. Hasil pemurnian menunjukkan bahwa kenaikan suhu menyebabkan proses pembentukan ion  komplek  lebih  cepat  mencapai  fase  kesetimbangannya.  Kenaikan  konsentrasi  asam  sitrat  menyebabkan  proses  pembentukan  ion  kompleks lebih cepat mencapai fase kesetimbangannya. Penggunaan konsentrasi terbaik adalah 1% dikombinasikan dengan penggunaan suhu 75oC. Minyak nilam hasil pemurnian memiliki kadar Fe terendah sebesar 22,731 ppm. Berdasarkan dari cirri-ciri fisik, kandungan komponen penyusun utama, dan kadar Fe yang dikandung, minyak nilam hasil pemurnian tersebut memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia.
Kata kunci:  Minyak nilam, pemurnian, kompleksometri, asam sitrat, jeruk nipis
Penulis: Arkie Septiana A., Frans Arienata H., dan DR. Andri Cahyo Kumoro, ST, MT
Kode Jurnal: jpkimiadd130142
Share This :